KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufik, dan hidayahnya yang telah dilimpahkan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada
semua pihak terutama teman-teman yang telah membantu baik moril maupun
spirituil sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan
baik.
Juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang
terhormat bapak Sukur Pane, S.Pd, M.Pd. selaku dosen bidang studi Filsafat Ilmu yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Ibarat pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, begitu
pula dengan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangan-kekurangannya. Untuk
itu kami mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan prestasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi amal ibadah
kami dalam mengemban amanah Allah SWT. Amin ....
Bangkalan,
16 Maret
2012
Penyusun
Kelompok
II
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................ I
DAFTAR
ISI............................................................................................................... II
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1
Latar
Belakang................................................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah.............................................................................................. 2
1.3
Tujuan................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1
Pengertian Filsafat…………............................................................................ 3
2.2
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Fakultas
tarbiyah........................................ 7
BAB
III
PENUTUP.................................................................................................. 11
3.1
Kesimpulan........................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kata
filsafat atau falssafat, berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari
kata philosophia yang berarti cinta
pengetahuan. Terdiri dari kata philos
yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily
(1984:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian
dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu
pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang
yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan,
ahli hikmah dan bijaksana.
Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang arab
menyebutnya Failasuf, kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran
secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis.
Filsafat
dibutuhkan manuisa dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
berbagai lapangan kehidupan manusia, jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang
sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Jawaban seperti utu juga
digunakan untuk mengatasi masalah-maslah yang menyangkut berbagai biddang
kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.
Sedangkan Filsafat pendidikan
merupakan salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang
memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang
berpredikat pendidik atau guru khususnya.
Karena fungsi filsafat sangat
penting dalam pendiddikan , maka fakultas tarbiyah sebagai fakultas yang
mencetak atau memproduksi calon pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata
kuliah filsafat pendidikan merupakan MKDK ( Mata Kuliah Dasar Khusus ) yang
wajib diikuti oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah. Sesuai
dengan namanya tarbiyah yang berarti
pendidikan. Sebagai pendidik, meraka diharapkan dapat membantu dalam memecahkan
problema-problema yang ada dalam pendidikan islam.
1.2.Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
Pengertian Filsafat
b. Bagaimana
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Fakultas Tarbiyah
1.3.Tujuan
a. Untuk
mengetahui Pengertian Filsafat
b.
Untuk mengetahui Hubungan Filsafat
dengan Filsafat Fakultas Tarbiyah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Filsafat
Kata filsafat atau falssafat,
berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri
dari kata philos yang berarti cinta,
senang, suka dan kata sophia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily (1984:9)
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu
pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran,
suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang
yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Orang
yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher
(Inggris), dan orang arab menyebutnya Failasuf,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof.
Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis.
Dalam
pengertian luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:
1.
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2.
Filsafat addalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan.
4.
Filsafat adalah analisa logis dari bahsa
serta penjelasan tentang arti konsep.
5.
Filsafat adalah sekumpulan
problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaluddin
dan Said, 1994:9).
Selanjutnya Imam Barnadib
menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis.
Dikatakan menyeluruh karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan
juga suatu pandangan yang dapat menembus ssampai dibalik pengetahuan itu
sendiri. Dengan pandangan yang demikian lebih terbuka kemungkinan untuk
menemukan hubungan dan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan
mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan. Dikatakan sistematis
karena filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai
dengan hokum-hukum yang ada. Secara rinci Harun Nasution berpendapat, filsafat
ialah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,
serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalan.(Nasution, 1973 : 24).
Berfikir
yang seperti ini Jujun S. Suriasumantri adalah sebagai karakteristik dan
berfikir filosofis. Ia berpandangan bahwa berfikir secara filsafat merupakan
cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu
permasalahan yang mendalam. Berfikir secara spekulatif termasuk juga dalam
rangkaian berfikir filsafat. Yang dimaksud berfikir spekulatif itu adalah
berfikir dengan cara merenung, memikirkan segala sesuatu tersebut. Tujuannya
adalah untuk mengerti hakikat sesuatu (Noor
Syam, 1986).
Karena
pemiikiran-pemikiran yang bersifat filsafat didasarkan atas pemikiran yang
bersifat spekulatif, maka nilai-nilai kebenaran yang dihasilkannya juga tak
terhindarkan dari kebenaran yang spekulatif. Hasilnya akan sangat tergantung
dari pandangan filosof yang bersangkutan. Oleh karena itu, pendapat yang baku
dan diterima oleh semua orang agak sulit diwujudkan. Padahal kebenaran yang
ingin dicapai oleh filsafat ialah kebenaran yang bersifat hakiki, hingga nilai
kebenaran tersebut dapat dijadikan pandangan hidup manusia.
Mengingat
dala berfilsafat dominan menggunakan nalar manusia, maka kebenaran yang
dihasilkannya didasrkan atas penilaian kemampuan maksimal menurut nalar
manusia. Sedangkan nalar manusia bersifat terbatas makanya kebenaran yang
didapat adalah kebenaran yang bersifat relatif. Dalam kaitan itu Muhammad Noor
Syam menjelaskan bahwa:
Filsafat
adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas
(komprehensif). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan
pikiran manusia filsafat mencoba mengerti, menganalisa, menilai dan
menyimpulkan semua persoalan secara mendalam. Meskipun kesimpulan-kesimpulan
filsafat bersifat hakiki namun masih relatiif dan subyektif. Kedua sifat
terakhir ini tak mungkin dapat dihindarkan karena adanya sifat-sifat alamiah
(kodrat) pada subyek yang melakukan aktivitas filsafat itu sendiri, yaitu
manusia sebagai subyek selalu dalam proses pekembangan baik jasmani dan rohani
terutama pada subyek yang cenderung memiliki watak subyektivitas, akan
melahirkan kesimpulan-kesimppulan yang subyektivitas pula. Factor-faktor inilah
yang melahirkan aliran-aliran filsafat dan perbedaan-perbedaan dalam filsafat (Ibid, 1986:16)
Dengan
demikian kebenarann filsafat adalah kebenaran yang relative. Artinya kebenaran
itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan
perdaban manusia. Bagaimanapun penilaian tentang sesuau kebenaran yang dianggap
benar itu masih sangat tergantung oleh ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar
oleh masyarakat atau bangsa lain, belumlah tentu akan dinilai sebagai suatu
kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain, meskipun dalam kurun waktu yang
sama. Sebaliknya sesuatu yang dianggap benar oleh sesuatu masyarakat atau
bangsa tertentu dalam suatu zaman, akan berbeda zaman berikutnya. Maka adalah
wajar jika pengertian filsafat ini selalu mengalami perubahan.
Dari
uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha unntuk memahami
ppersoalan-persoalan yang timbul didalam keseeluruhan ruang lingkup pengalaman
manusia. Dengan demikian diharapkan agar manusia dapat mengerti dan memiliki pandangan
yang menyeluruh ddan sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia
didalamnya.
Filsafat
dibutuhkan manuisa dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
berbagai lapangan kehidupan manusia, jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang
sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Jawaban seperti utu juga
digunakan untuk mengatasi masalah-maslah yang menyangkut berbagai biddang
kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.
Kebenaran
yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung
sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia. Karena itu kebenaran menurut
Plato dan Aristoteles adalah apabila pernyataan
yang dianggap benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya ( jujun,1984:20-21).
Dengan demikian kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara sesuatu peristiwa
yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Jika cocok dianggap benar dan jika tidak
cocok tidak diterima sebagai kebenaran. Kebbenaran yang demikian agaknya
cenderung mengandung pengertian yang relatif, sebab bergantung dari ruang dan
waktu.
Di
zaman yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesialis,
akan tetapi suatu cara hidup yang
kongkrit, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan alam yang
menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupan atau
perkembangan peradaban manusia dan problem kehidupan yang dihadapinya, maka
pengertian yang bersifat teoritis seperti filsafat yang dilahirkan filsafat
yunani kehilangagn kemampuannya untuk member jawaban yang layak tentang
kebenaran itu.
Perubahan
itu mendorong manusia memikirkan kembali pengertiannya tentang kebenaran atau
nilai-nilai kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan
berpengaruh system nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan
cara berfikir manusia terdapat hubungan timbale balik. Perubahan dalam adat dan
kebiasaan serta sejarah, biasanya dimulai dengan adanya sekelompok orang yang
yakin akan nilai sesuatu ideal atau yang tertarik oleh pandangan hidup yang
lain.
Dalam
kaitannya dengan pengertian tersebut, Imam Barnadib memandang filsafat sebagai
pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Dikatakan menyeluruh karena filsafat
bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan suatu pandangan yang dapat menembus
sampai dibalik pengetahuan itu sendiri. Selanjutnya melalui pandangan yang
demikian terbuka kemungkinan untuk
menemukan hubungan dan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan
mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebijakan. Dikatakan sistematis
karena filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti, teratur, sesuai
dengan hokum-hukum yang ada.
Dalam
pengertian yang lebih luas, Harold H. Titus mendefinisikan filsafat sebagai
berikut:
1.
Falsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2.
Falsafah adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3.
Falsafah adalah usaha untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan.
4.
Filsafat adalah analisa logis dari bahsa
serta penjelasan tentang arti konsep.
5.
Filsafat adalah sekumpulan
problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat. (Titus, 1984:14)
Dari
definisi di atas, dapat dipahami bahwa sulit untuk merangkum pengertian
filsafat itu dalam sebuah definisi yang lengkap. Karena pemikiran yang bersifat
falsafati didasarkan atas pemikiran yang bersifat spekulatif, maka nilai-nilai
kebenaran yang dihasilkannya juga terhindar dari kebenaran yang spekulatif.
Hasilnya akan sangat tergantung dari pandangan para filosof itu masing-masing.
Pemikiran
falsafi dapat dibedakan dengan pemikiran lain yang bukan falsafi. Pemikiran
yang bersifat filsafat setidaknya memiliki ciri-ciri yang jelas. Antara lain
berfikir falsafi tertuju kepada upaya untuk mengadakan pemeriksaan dan
penemuan. Kemudian berfikir radikal, mengarahkan pandangan pada mengapa yang
terakhir (akhir segala sesuatu) dengan menggunakan kemampuan yang optimal dari
akal manusia. Fakta yang terlihat adalah hasil tujuan dan penelitian dalam
kaitannya dengan suatu bentuk interpretasi dalam konteks dengan lingkungan yang
lebih luas.
2.2.
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Fakultas Tarbiyah
Filsafat
merupakan kegiatan reflektif dan merupakan kegiatan akal budi, tetapi juga
merupakan perenungan dan merupakan suatu tahap lebih lanjut dari kegiatan
rasional umum.Yang direfleksikan adalah pada prinsipnya apa saja, tanpa
terbatas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya untuk memperoleh kebenaran yang
mendasar, menelusuri makna dan inti segala inti. Oleh karena itu filsafat
merupakan eksploitasi tentang hakikat realita yang ada dalam kegiatan manusia (
Bakar & Zubair, 1990:15).
Masalah
pendidikan merupakan hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan
berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya
adalah merupakan proses yang satu. Masalah pendidikan tidak dapat dipecahkan
keseluruhan hanya dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata, akan tetapi
untuk memecahkan masalah pendidikan seseorang harus menggunakan analisa
filsafat.
Kedudukan
filsafat dalam pendidikan, dinyatakan sebagai fundamental, yang pada dasarnya
tidak dapat diganti oleh mata kuliah dasar lainnya. Filsafat merupakan sumber
nilai dan norma hidup yang menentukan warna dan martabat hidup manusia
mendukungnya dan meyakininya, guru adalah pelaksana kegiatan menambahkan nilai
dan norma pendidikan, maka filsafat akan memberikan sumber-sumber dasar dan
pedoman yang menentukan arah dan tujuan nilai secara normativ akan di tanamkan
dengan jalan mendidiknya ( Saifullah, 1982:12).
Filsafat
merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan, karena
itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan itu pada hakikatnya
adalah proses pewarisan nilai-nilai filsafat yang dikembangkan, untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.
Sebagai seseorang pendidikan atau calon pendidik di harapkan terlebih dahulu
belajar filsafat pendidik, agar dapat mentransfer nilai-nilai dan norma yyang
terkandung dalam filsafat.
Filsafat
pendidikan merupakan salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan
yang memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang
berpredikat pendidik atau guru khususnya.
Karena
fungsi filsafat sangat penting dalam pendiddikan , maka fakultas tarbiyah
sebagai fakultas yang mencetak atau memproduksi calon pendidik, maka dalam
fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan merupakan MKDK ( Mata Kuliah
Dasar Khusus ) yang wajib diikuti oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas
Tarbiyah. Sesuai dengan namanya tarbiyah
yang berarti pendidikan. Sebagai pendidik, meraka diharapkan dapat membantu
dalam memecahkan problema-problema yang ada dalam pendidikan islam.
Fakultas
Tarbiyah pada dasarnya mengembangkan pendidikan Agama Islam yang bertujuan:
a) Membentuk
manusia muslim Indonesia yang berciri intelektualitas di tengah-tengah
kehidupan yang sejahtera yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang
mempunyai integritas kejujuran dan intelektual serta keahlian dalam satu atau
lebih dalam ilmu Tarbiyah.
b)
Menghasilkan ahli pendidikan yang sesuai
dengan profesionalitas yang mampu berpikir inovatif dalam mengembangkan pendidikan
keilmuan di bidang pendidikan Islam dan Pendidikan umum, serta mampu menerapkan
pengembangannya serta mengkomunikasikan ide-ide dan nilai-nilai pendidikan
nasional dalam menghadapi perubahan social dan memimpin modernisasi.
Upaya peningkatan kualitas lulusan (output) Fakultas
Tarbiyah yang menghendaki adanya nilai relevansi terhadap permintaan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Seharusnya
dibidang kependidikan Islam dalam kondisi masyarakat sekarang ini maka
Fakultas Tarbiyah dapat memberikan upaya pemecahan dalam masalah kependidikan
Agama Islam yang menjadi keinginan masyarakat antara lain:
a). masyaarakat menginginkan lulusan
Fakultas Tarbiyah dapat berperan sebagai pendidik, intelektual, pemikir
(innovator) pembangunan dan sebagai agen pembangunan (agen of development)
b). di harapkan mampu berperan dan memfungsigandakan
alumninya lebih luas dalam mental material masyarakat.
c). di harapkan dapat berpartisipasi aktif dalam
mengisi pembangunan masyarakat umumnya dalam pengembangan sumber daya manusia
(SDM) melalui nilai-nilai kependidikan islam (RIP-FT IAIN Raden Fatah, 1995:9).
Untuk mencapai tujuan ideal Fakultas tarbiyah dalam memenuhi kendala yang
berhubungan dengan pendidikan ketarbiyahan.
Fakultas tarbiyah yang berkecimpung
dalam masalah kependidikan dengan problema-problemanya, maka keberadaan
filsafat pendidikan tidak bisa diabaikan dan karenanya sangat perlu dipelajari
dan diperdalami. Menurut Woodsidge dalam Barnadib (1994:16) mempelajari dan
memperdalam filsafat pendidikan khususnya bagi mereka yang bergelut dengan ilmu
pengetahuan dan keguruan, yang mempunyai bebrapa alasan:
a). munculnya problem pendidikan dari masa ke masa
yang menjadi perhatian para ahli (experts) masing masing. Pendidikan merupakan
uasaha manusia meningkatkan kesejateraaan lahir dan batin suatu bangsa dan
masyarakat. Buah pikiran seorang ahli yang bercorak dan bergagasan berlandaskan
filsafat seringkali mempengaruhi aihli piker yang lain.
b). dengan mempelajari filsafat
pendidikan akan memiliki wawasan yang luas dan didapat secara eksperimental dan
empiric. Karenanya filsafat pendidikan merupakan bekal dalam meninjau pendidikan
problemanya secara kritis.
c). memepelajari filsafat juga mempengaruhi tuntutan
intelektual dan akademik hal dikarenakan filsafat meletakkan landasan berfikir
logis, sistematis, kritis dan teratur, karenanya berfilsafat pendidikan
diharapkan memenuhi kemamapuan semacam itu sehingga berpengaruh pada
pembentikan pribadi. Pendidik yang baik, dan dengan mempelajarinya akan
memiliki sikap optimisme dan motivasi serta menggembirakan.
Hubungan filsafat pendidikan dengan program fakultas
tarbiyah merupakan hubungan yang sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang
tnggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan akan membantu
memecahkan persoalan pendidikan islam dan dapat memebentuk kepribadian
pendidik, anak didik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia
pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman,
bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan memang dapat terwujud, sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa untuk menjamin
agar pendidikan itu benar dalam peosesnya efektif , maka dibutuhkan landasan,
terutama landasan bersifat filosofis maupun landasan ilmiah sebagai asas
normativ, dan juga sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan . filsafat pendidikan
merupakan sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan, memberi arah dan
pedoman sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.
Fakultas tarbiyah adalah merupakan bagian dari
lembaga pendidikan, filsafat yang menjadi landasan pendidikannya adalah ajaran
islam. Dengan demikian filsafat pendidikan islam merupakan landasan pokok dari
program fakultas tarbiyah, dikarenakan secara realita fakultas tarbiyah adalah
suatu lembaga pendidikan yang dinafasi oleh ajaran islam
Dasar dan tujuan filsafat pendidikan islam pada
hakikatnya identik dengan dasar tujuan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal
dari sumber yang sama, alquran dan al hadist rosulullah (jalaluddin dan said
1994:19). Menurut omar Muhammad al tomi al zaibani, filsafat pendidikan islam
sebagaimana filsafat pendidikan umum, adalah merupakan pedoman bagi perancang
dan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran islam. Filsafat
pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu
system pendidikan. Pemikiran filsafat pendidikan islam menjadi pola dasar bagi
para ahli pendidikan islam mengenai bagaimana system pendidikan yang
dikehendaki dan sesuai dengan konsep ajaran islam, yang berhubungan dengan
pendidikan
Adapun tujuan pendidikan islam itu herus sejalan
dengan tujuan isi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai
akhlaqulkarimah. Tujuan tersebut sangat relevan dengan tujuan yang terkandung
dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam suatu
hadis dikatakan bahwa “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia
agar mencapai akhlak yang mulya”.
Kemuliaan akhlak adalah factor kunci dalam
menentukan keberhasilan pendidikan, menurut pandangan islam pendidikan
berfungsi menyiapkan manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di
dunia dan di akhirat.
Dalam kaitannya dengan program tarbiah secara
impisif apa yang menjadi tujuan pendidikan islam adalah juga merupakan tujuan
dari pendidikan tarbiah, hal tersebut terdapat pada catalog fakultas tarbiah
IAIN Raden Fatah Palembang, fakultas tarbiah bertujuan mencetak dan
menghasilkan muslam intelek, bermoral dan bertanggung jawab.
Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini
filsafat pendidikan islam mempunyai hubungan yang erat sekali dalam peranannya
sebagai sumber idealisme pada program pendidikan fakultas tarbiyah dalam
menyiapkan dan menghasilkan sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan
pendidikan program fakultas tarbiyah.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kata filsafat atau falssafat,
berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri
dari kata philos yang berarti cinta,
senang, suka dan kata sophia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily (1984:9)
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu
pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran,
suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang
yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Orang
yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher
(Inggris), dan orang arab menyebutnya Failasuf,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof.
Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis.
Dalam
pengertian luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:
1.
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2.
Filsafat addalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan.
4.
Filsafat adalah analisa logis dari bahsa
serta penjelasan tentang arti konsep.
5.
Filsafat adalah sekumpulan
problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaluddin
dan Said, 1994:9).
Hubungan
filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang
sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan
keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan persoalan pendidikan
islam dan dapat memebentuk kepribadian pendidik, anak didik atau calon pendidik
dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan
tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan
memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Daftar Pustaka
Abdulhak, Ishak. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama.
makasi gan :)
BalasHapussangat membantu saya :D
ok sama2
HapusBoleh tanya? Kalau hub. Filsafat dengan tidris bahasa inggris itu apa? Terimakasih sebelumnya
BalasHapus:)